27 Januari 2009

http://i121.photobucket.com/albums/o236/indoram/pesawat.gif

14 Januari 2009

Bahan Kuliah Konservasi


METODA SEDERHANA PEMANTAUAN TERUMBU KARANG

Oleh: Sukirman Tilahunga, S.IK

Sea Care Community
Of
Gorontalo University
Alamat : Jl. Jend. Sudirman No. 247 Limboto CP, 085240090354 Kab. Gorontalo Provinsi Gorontalo Indonesia

iman_tilahunaga@yahoo.com


ABSTRAK
Seperti juga terumbu karang di dunia, terumbu karang di Indonesia mengalami penurunan kualitas yang cukup signifikan. Tekanan yang dialami terumbu karang semakin meningkat seiring dengan aktifitas pembangunan, tekanan dari alam, dan perubahan iklim dunia (climate change). Diperlukan data yang berkesinambungan untuk mampu menggambarkan perubahan kondisi terumbu karang sebagai bahan pertimbangan untuk pengelolaannya.
Indonesia memiliki kawasan terumbu karang terkaya di dunia, tetapi sayangnya data dan sumber daya yang tersedia untuk memantau kondisi terumbu karang sangat terbatas. Dengan lebih dari 17,000 pulaunya, salah satu solusi yang memungkinkan ialah membangun program monitoring terumbu karang yang berbasiskan masyarakat.
Untuk itu diperlukan metode pemantauan sederhana yang bisa dilakukan oleh masyarakat penyelam awam dengan cakupan daerah yang luas. Pengambilan dan pengolahan data dilakukan dibawah koordinasi seorang saintis untuk menjaga standarisasi mutu sehingga mampu memberikan gambaran umum mengenai kondisi terumbu karang di dalam suatu kawasan. Metoda ini telah digunakan banyak negara, sehingga memungkinkan untuk dibandingkan dengan banyak tempat di dunia.

I. PENDAHULUAN
Indonesia terletak di dalam pusat keanekaragaman terumbu karang dunia dan memiliki minimum 14% dari total area terumbu karang di dunia (Tomascik dkk, 1997). Seperti juga terumbu karang di dunia, terumbu karang di Indonesia mengalami penurunan kualitas yang cukup signifikan. Tekanan yang dialami terumbu karang semakin meningkat seiring dengan aktifitas pembangunan, tekanan dari alam, dan perubahan iklim dunia (climate change).
Area terumbu karang di Indonesia yang luas tersebar di sekitar 17.500 pulau-pulau yang ada di Indonesia. Hal ini memberikan tantangan yang sangat besar terhadap konservasi terumbu karang. Bagaimana sebuah upaya konservasi dapat mencakup daerah-daerah terumbu karang tersebut secara efektif? Salah satu pilihan praktis adalah dengan membangun tim-tim lokal yang tersebar secara luas di Indonesia, seperti Sea Care Community Gorontalo University.

II. METODA PEMANTAUAN TERUMBU KARANG
II.1. Teknis metoda pemantauan
Program standar di Indonesia mencakup deskripsi teknis dan pengelolaan tim dan data sebagi berikut:
Kelompok / Tim :
Sebuah team terdiri dari empat orang penyelam ditambah seorang ilmuwan kelautan yang berperan sebagai ketua tim. Ketua tim akan bertanggung jawab untuk memimpin kelompoknya melakukan Pemantauan, menjamin bahwa data yang dikumpulkan akan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan menyelesaikan pelaporan ke sekretariat Sea Care.



Pemilihan Lokasi:
Pemilihan lokasi merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan pemantauan. Lokasi yang yang dipilih adalah daerah yang penutupan terumbu karangnya diperkirakan mewakili daerah tersebut. Untuk menyeragamkan hasil pengamatan, hindarkan untuk mengambil data terumbu karang di daerah tubir curam (dropoffs) dan perairan yang didominasi oleh daerah bergua-gua atau dinding gantung (overhangs). Sebaliknya disarankan untuk mengambil data dari sekitar rataan terumbu dan daerah karang yang rata serta lereng terumbu karang landai yang menghadap laut.

Penempatan transek dan pengambilan data:
Seluruh data hasil pemantauan diambil dengan menggunakan metode transek garis dan point. Transek dipasang pada lokasi terpilih. Data yang diambil meliputi data ikan, data substrat, data bentos, data species indikator, dan data deskripsi lokasi. Detail penempatan transek dan data yang diambil dapat dilihat pada lampiran 1.

Analisa data
Untuk Indonesia analisa data untuk substrat dasar adalah perhitungan statistik dilakukan untuk mengetahui keadaan masing-masing daerah dengan standar kesehatan karang daerah tersebut. Perhitungan tersebut didasarkan pada jumlah kemunculan hard coral dan dihitung berdasarkan percentiles sebagai berikut:
Ø Kondisi hard coral pada daerah tersebut dikatakan buruk apabila kemunculan hard coral daerah tersebut berada pada kisaran percentile 25.
Ø Kondisi hard coral pada daerah tersebut dikatakan sedang apabila kemunculan hard coral daerah tersebut berada pada kisaran percentile 50.
Ø Kondisi hard coral pada daerah tersebut dikatakan baik apabila kemunculan hard coral daerah tersebut berada pada kisaran percentile 75.
Ø Kondisi hard coral pada daerah tersebut dikatakan sangat baik apabila kemunculan hard coral daerah tersebut berada pada kisaran di atas percentile 75.
Jadi perhitungan ini digunakan sebagai perbandingan kondisi dengan acuan khusus pada satu daerah pengamatan saja.
Untuk melihat kondisi karang hidup digunakan persentase kemunculan karang hidup berdasarkan persen kemunculan hard coral dan soft coral. Kategori kondisi dari persentase ini dapat digunakan sebagai perbandingan kondisi antar daerah pengamatan. Persentase tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
Persentase Kemunculan Karang Hidup
(% HC + % SC) Kategori Kondisi
0 – 24.9 %
25 – 49.9 %
50 – 74.9 %
75 – 100 % D
C
B
A

Jadi kondisi karang hidup kategori A > B > C > D.
Analisa ikan dan benthos indikator menggunakan kelimpahan per site dan kelimpahan rata-rata pada daerah tersebut dengan satuan ind/1000 m3.

Penempatan transek dan pengambilan data
Penempatan Transek
Dua buah roll meter (ukuran 100 m) dibentangkan di dasar laut, masing-masing pada kedalaman 3 meter dan 10 meter (kedalaman diukur dari permukaan laut saat surut terendah). Roll meter harus dibentangkan mengikuti garis kontur kedalaman dasar laut 3 m dan 10 m dan sejajar dengan garis pantai. Masing-masing bentangan roll meter dibagi menjadi empat buah transek (transek A, B, C dan D) yang panjangnya masing-masing 20 m. Jarak antara ujung akhir transek dan ujung awal transek berikutnya adalah 5 m. Sehingga, keempat transek tersebut panjangnya 95 m. (transek A mulai di meter 0 s/d meter ke 20, transek B mulai di meter ke 25 s/d meter ke 45, transek C mulai dari meter ke 50 s/d 70 dan transek D mulai di meter ke 75 s/d meter ke 95).
Setelah transek selesai dipasang (kurang lebih memerlukan waktu 30 menit), titik awal transek A dan titik akhir transek D harus ditandai dengan pelampung dan dicatat koordinatnya dengan GPS. Apabila GPS tidak tersedia pencatatan lokasi dapat dilakukan dengan menggunakan kompas dan peta navigasi. Untuk pencatatan dengan menggunakan kompas menggunakan metoda baringan, yaitu mengambil tiga buah titik sebagai acuan, misalnya puncak gunung, mercusuar dan lain-lain yang dapat dikenali di peta navigasi. Setelah itu titik-titik tersebut diplotkan ke dalam peta navigasi daerah tersebut.
Transek Pengamatan Ikan
Pengamatan Ikan adalah yang pertama yang dilakukan setelah transek terpasang. Sebelum pekerjaan dimulai para penyelam harus menunggu sekurang-kurangnya 15 menit setelah pemasangan transek diselesaikan, supaya ikan yang diamati tenang kembali. Untuk mengamati ikan, penyelam berenang perlahan-lahan mengikuti tali transek (roll meter) dan berhenti di setiap interval 5 m untuk mencatat ikan yang diamati. Penyelam harus berhenti selama 3 menit di setiap titik pengamatan untuk menunggu sampai ikan keluar dari persembunyiannya. Penyelam hanya mencatat ikan yang berada di dalam dimensi transek, yaitu 2,5 m masing-masing ke arah kiri dan kanan tali transek serta 5 m ke atas (untuk kedalaman 3 m tentu saja dimensi tingginya kurang dari 5 m).
Ikan yang masuk kriteria dalam pemantauan adalah ikan-ikan karang yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi target tangkapan nelayan baik menggunakan pancing, tombak, bubu maupun sianida dan bahan peledak. Pembatasan ukuran ikan minimum diberlakukan pada beberapa jenis untuk menghindari rumitnya perhitungan ikan berukuran kecil. Pencatatan jumlah ikan yang teramati dilakukan dengan menggunakan "tally", yaitu dengan membubuhkan satu tanda (I) untuk setiap jenis ikan yang teramati pada kotak yang memuat jenis tersebut (lihat lembar data pada kolom Fish Belt Transek).
Jenis ikan yang masuk kriteria Pemantauan adalah sebagai berikut :
- Kerapu/ Grouper yang panjangnya tidak kurang dari 30 cm (semua jenis)
- Kerapu kembang/ Baramundi cod- Cromileptes altivelis
- Kakap/ Snapper - Lutjanidae
- Bibir tebal/ Sweetlips- Plectorinchus spp
- Napoleon/ Napoleon wrasse-Chellinus undulatus
- Ikan kakatua besar/ Bumphead parrotfish-Bolbometrapon muricatum
- Kepe-kepe/ Buterflyfish-Chaetodontidae
- Hiu/Shark
- Pari manta/ Manta
Catatan : pencatatan ikan napoleon, hiu, pari manta dan ikan kakaktua besar yang berada diluar transek sabuk dapat dibenarkan.

Para penyelam dapat melengkapi diri dengan mistar 20-30 cm untuk membantu memperkirakan ukuran ikan dan sebuah tongkat untuk memperkirakan jarak di dalam laut sebelum Pemantauan dilakukan.
Pengamatan benthos dan indikator lain
Pengamatan benthos dilakukan dengan mencatat semua jenis bentos dan hal-hal lain yang dimasukkan dalam kriteria indikator. Diperkirakan pengamatan dapat diselesaikan dalam 1 jam. Metode yang digunakan adalah transek sabuk (belt transek). Pengamatan dilakukan dengan mencatat semua jenis bentos dan indikator yang terdapat dalam dimensi transek sabuk, yaitu 2,5 m ke kanan dan kiri tali transek. Para penyelam harus menemukan bentos dan indikator Reef Check di setiap celah dan lubang, karena umumnya pada siang hari mereka berada di persembunyiannya.
Pencatatan dalam lembar data Pemantauan dilakukan dengan mencantumkan jumlah dari masing-masing jenis bentos dan indikator yang ditemukan pada setiap transek dengan tanda (I). Selain jumlah, ada beberapa benthos dan indikator juga perlu dicatat ukuran (cm), spesies, dan jenisnya. Semua jenis bentos dan indikator Pemantauan tercantum dalam daftar berikut :
- Udang pembersih/ Banded Coral Shrimp (Stenopus hispidus)
- Bulu babi/ Long-spined black sea urchins and pencil urchin - Diadema spp and Heterocentrotus mammilatus.
- Udang karang/ lobster (semua jenis yang dikonsumsi manusia)
- Sampah/ trash (catat jenis dan ukuran)
- Karang yang baru patah/ recently broken corals (catat penyebab: jangkar, bahan peledak, penyakit dll., dan luas kerusakan)
- Kima/ giant clams (catat spesies dan ukuran)
- Lola/ trochus
- Tripang/ sea cucumber
- Bulu seribu/ crown-of-thorn starfish-Acanthaster plancii
- Triton terompet/ triton shell- Charonia tritonis
- Penyu/ sea turtle (semua jenis)
Catatan: Pencatatan penyu yang berada di luar transek sabuk dapat dibenarkan.

Pengamatan substrat dasar laut
Pada setiap transek penyelam harus mencatat jenis substrat dengan metode sampling pada setiap interval 0,5 m. Dengan kata lain, pencatatan substrat dilakukan pada meter ke 0,5 m; 1,0 m; 1,5 m; 2,0 m; 2,5 m dan seterusnya pada roll meter hingga transek A, B, C dan D terselesaikan. Untuk mengurangi bias pengamatan dapat digunakan sebuah paku yang digantungkan pada seutas tali. Paku ini digantungkan tepat diatas setiap titik sampling. Penyelam tinggal mencatat jenis substrat yang ditunjukkan oleh ujung paku.
Penyelam harus mencatat jenis substrat pada lembar pengambilan data di dalam kolom 1. Substrate Point Sampling berdasar pada kriteria yang dicantumkan di bawah ini dan cukup mencantumkan singkatan dari masing-masing kriteria tersebut.
Karang keras/ hard corals (HC)
Mencakup semua karang batu termasuk Millepora, Heliopora dan Tubiphora.
Karang lunak/ soft coral (SC)
Termasuk Zoanthids tetapi tidak untuk Gorgonia dan Anemon (yang terakhir termasuk dalam kriteria OT).
Karang mati/ dead corals (DC)
Karang mati dapat berupa karang yang masih utuh maupun yang sudah menjadi puing-puing, tetapi masih kelihatan baru, lubang koralit masih jelas, berwarna putih atau belum sepenuhnya ditumbuhi oleh lumut.
Ganggang/ fleshy weeds (FS)
Penetapan kriteria ini untuk mencatat adanya pertumbuhan ganggang yang berlebihan (blooming) akibat adanya pengkayaan zat hara (eutrofikasi). Ganggang berkapur (coralline algae) tidak termasuk dalam kategori ini. Bila bertemu ganggang yang memang merupakan bagian umum dari ekosistem terumbu karang seperti sargasum harap dicatat spesiesnya dalam kotak General remark.
Spons Sponge (SP)
Termasuk semua jenis spons kecuali tunicata. Tetapi yang menjadi sasaran utama adalah pertumbuhan spons yang mencakup kawasan yang luas (blooming).
Batu/ rock (RC)
Substrat keras baik yang terlihat jelas maupun yang tertutup oleh lumut, teritip atau organisme lain. Bongkahan yang berdiameter lebih dari 15 cm masih masuk dalam kriteria ini.

Pecahan karang/ rubble (RB)
Bagian karang yang terfragmentasi menjadi potongan kecil-kecil.
Pasir/ sand (SD)
Lumpur/ silt (ST)
Substrat halus yang tetap menjadi suspensi bila teraduk.
Lain-lain/ others (OT)
Semua jenis organisme yang sesil termasuk Anemon, Tunicata, Gorgonia atau jenis substrat yang lain termasuk dalam kriteria ini.
Tugas seorang ketua kelompok/ Pakar ilmu Kelautan
Tugas utama ketua kelompok (KK) adalah menjamin bahwa para penyelam yang berada dibawah pengawasannya mengumpulkan data dengan cara yang benar. Ada beberapa kriteria Pemantauan yang memerlukan bantuan seorang ahli untuk menentukannya. Untuk itu bantuan KK sangat diperlukan untuk mengenali jenis-jenis ikan, benthos dan indikator yang lain, terutama untuk mengenali Millepora, Heliopora, Tubiphora, Gorgonia, Anemon, Tunikata dan teripang yang dapat dimakan serta menentukan spesies kima dan algae.
Disamping itu ada lembar data yang berisi deskripsi lokasi survei yang harus diisi dengan pengawasan langsung dari KK. Pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi pada lembar deskripsi lokasi survei meliputi:
- Nama lokasi (site Name)
- Tanggal (date)
- Waktu saat pekerjaan dimulai (time of day that work started)
- Waktu pekerjaan selesai (time of day that work end)
- Derajat bujur lokasi (longitude of site)
- Derajat lintang lokasi (latitude of site)
- Dari GPS atau peta navigasi? (From navigational chart of GPS?)
Apabila pengukuran lintang dan bujur dilakukan dengan GPS, disarankan untuk melakukan pengukuran deferensial atau dengan mengambil rata-rata pengukuran yang berulang-ulang.
- Jarak dari pantai (distance from shore)
Dalam satuan kilometer.
- Jarak dari sungai terdekat (distance from nearest river)
Dalam satuan kilometer.
- Bukaan mulut sungai (river mouth wide)
- Cuaca (weather)
- Suhu udara (air temperature)
Dalam satuan derajat Celcius.
- Suhu air di permukaan (water temperature at surface)
Dalam satuan derajat celcius.
- Suhu air di kedalaman 3 m (water temperature at 3 m)
Dalam satuan derajat celcius.
- Suhu air di kedalaman 10 m (water temperature at 10 m)
Dalam satuan derajat celcius.
- Jarak dari pusat populasi terdekat (distance to nearest human population center)
Dalam satuan kilometer.
- Perkiraan ukuran populasi (approximate population size)
- Fisibilitas horisontal air (horisontal visibility of water)
- Mengapa dipilih lokasi ini? (How this site selected?)
- Apakah lokasi ini (is this site)
Terlindung(sheltered)/ terbuka (exposed).
- Apakah terdapat kerusakan terumbu karang yang disebabkan serangan badai di tahun terakhir ini? Any major coral damaging storm in past year?
- Bagaimana anda menilai pengaruh aktifitas manusia terhadap kondisi terumbu karang di lokasi ini? How do you rate this site in terms of anthropogenic impact?
Sama sekali tidak terpengaruh (pristine)
Sedikit terpengaruh (slightly impacted)
Cukup terpengaruh (moderatly impacted)
Sangat terpengaruh (heavily impacted)
- Apa jenis aktifitasnya? (What type of impact)
Penangkapan ikan dengan dinamit (dynamite fishing)
Penangkapan ikan dengan potasasium sianida (poison fishing)
Penangkapan ikan hias (Aquarium fish collection)
Pengambilan biota laut untuk dimakan (harvest of invertebrates for food)
Pengambilan biota laut untuk barang cenderamata (harvest of invertebrates for curio sales)
Aktifitas penyelaman untuk wisatawan (tourist diving)
Polusi sampah (sewage pollution)
Polusi industri (industrial pollution)
Metode penangkapan ikan yang lainnya (other forms of fishing)
Dampak yang lain (other impact)
- Apakah ada semacam sistem pengamanan di lokasi ini? (Is there any form of protection (statutory or others))
Apakah lokasi tersebut merupakan perairan yang dikelola atau dibawah tanggung jawab lembaga tertentu.
- Apakah jenis pengamanan ini ? (What kind of protection?)
Dengan cara bagaimana kawasan tersebut dikelola.
- Catatan umum (general remark)
Kolom ini disediakan untuk mencatat kondisi ekosistem terumbu karang yang dirasa penting tetapi tidak tercantum dalam kriteria Pemantauan. Beberapa hal yang penting untuk dicatat diantaranya adanya pemutihan karang (coral bleaching) dan penyakit (white band/ black band). Bila hal ini terjadi KK harus menghitung % luas karang yang terserang atau luas populasi karang dan % luas karang yang terserang dibagi dengan luas koloni.

Dokumentasi
Apabila memungkinkan, seluruh transek yang dilalui oleh para penyelam didokumentasikan baik dengan kamera video maupun kamera foto. Disarankan untuk mengambil foto lokasi transek dari beberapa arah yang menunjukkan lokasi penyelaman (dimana pelampung selam ditambat) dan tanda-tanda lain yang dapat menggambarkan susunan transek terhadap garis pantai, dermaga atau patokan-patokan lain yang memudahkan untuk menemukan kembali lokasi transek di masa mendatang.
Lebih lanjut, disarankan untuk mengambil gambar video seluruh transek dengan berenang perlahan-lahan di atas transek dan satu set lengkap foto slide dari seluruh transek menggunakan lensa 28 atau 35 mm. Kelebihan film pada kamera foto maupun video disarankan sebanyak mungkin dimanfaatkan untuk mendokumentasikan parameter-parameter Pemantauan terutama jenis-jenis kerusakan terumbu karang. Visual seperti ini sangat penting sebagai pembanding dan untuk mempresentasikan hasil survei kepada media. Akan sangat bermanfaat bila copy dari hasil dokumentasi tersebut dapat diserahkan ke panitia Sea Care. .
Pasca survei atau pengolahan data
KK bertanggung jawab untuk mengumpulkan semua lembar data dari seluruh peserta segera setelah pekerjaan selesai. Tujuannya adalah untuk memeriksa data secara cepat, sehingga bila ada kesalahan, dapat diperbaiki selagi peserta masih berada di lokasi survei dan transek masih terpasang. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah penghitungan dua kali, kesalahan menentukan jenis indikator dan kesalahan memasukkan informasi di lembar data. Ketika diduga ada kesalahan dalam pengumpulan data maka harus dilakukan survei ulang untuk membetulkannya.

KK bertanggung jawab untuk merangkum data yang dikumpulkan oleh anggotanya.
Untuk menandai lokasi dan posisi transek dianjurkan untuk memberi tanda pada setiap transek permanen dengan pasak besi. Hal ini sangat penting untuk mempermudah melakukan survei kembali pada transek yang sama sebagai transek permanen.

13 Januari 2009

ATTENSION PLEASE..,
BUAT PENGONTRAK MATA KULIAH :
1. BIOLOGI LAUT
2. KONSERVASI SUMBERDAYA PERAIRAN
3. OLAH RAGA AIR.
DIBERITAHUKAN BAHWA SAYA AKAN MENGADAKAN UJIAN SEMESTER PADA HARI SABTU 17 JANUARY 2009..DI RUANGAN LABORATORIUM FAKULTAS PERIKANAN UNIVERSITAS GORONTALO. BAHAN UJIAN SILAH KAN DI AMBIL DARI PAGE PADA BLOG. INI..

__TRIMZ__

SUKIRMAN TILAHUNGA